Berdasarkan penafsiran Ibnu Katsir, berikut adalah tafsir dari Surat Asy-Syarh (Al-Insyirah) ayat 1:
Ayat 1: أَلَمْنَشْرَحْلَكَصَدْرَكَ (Alam nasyrah laka shadrak?)
Artinya: "Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu (wahai Muhammad)?"
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini merupakan pertanyaan retoris yang bertujuan untuk menegaskan. Maknanya, "Sungguh, Kami telah melapangkan dadamu."
Makna "melapangkan dada" dalam tafsir ini memiliki beberapa interpretasi yang saling berkaitan:
Melapangkan dengan Cahaya Ilahi dan Kenabian: Allah SWT telah melapangkan dada Nabi Muhammad SAW, menjadikannya luas, lapang, dan bercahaya. Kelapangan dada ini memungkinkan beliau untuk menerima wahyu, kenabian, dan segala syariat agama Islam. Hal ini serupa dengan firman Allah dalam surat Al-An'am ayat 125:
فَمَنْيُرِدِاللّٰهُاَنْيَّهْدِيَهٗيَشْرَحْصَدْرَهٗلِلْاِسْلَامِۚ
(Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk) agama Islam.)
Kelapangan untuk Dakwah: Dada Nabi Muhammad SAW dilapangkan agar beliau mampu menampung dan menyampaikan risalah dakwah kepada umatnya. Kelapangan ini membuahkan ketenangan, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan, rintangan, dan sikap permusuhan dari kaumnya.
Kelapangan Jiwa: Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah telah membersihkan jiwa Nabi Muhammad SAW dari segala perasaan cemas, gelisah, dan duka cita yang mungkin timbul akibat beratnya tanggung jawab kenabian. Hati beliau menjadi tenang dan penuh keyakinan akan pertolongan Allah.
Operasi Bedah Dada (Syaqqul Sadr): Sebagian ulama, termasuk riwayat yang disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir, mengaitkan ayat ini dengan peristiwa "syaqqul sadr" (pembedahan dada) yang dialami Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini terjadi pada malam Isra' Mi'raj atau saat beliau masih kecil. Pembedahan ini secara fisik membersihkan hati beliau dari segala kotoran, sehingga hati beliau menjadi suci dan siap menerima wahyu.
Secara keseluruhan, tafsir Ibnu Katsir menggarisbawahi bahwa ayat pertama Surat Asy-Syarh adalah sebuah pengingat akan nikmat agung yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW. Nikmat ini berupa kelapangan dada, baik secara spiritual maupun fisik, yang memungkinkan beliau menjalankan tugas kenabian dengan penuh ketenangan, keyakinan, dan keberkahan.