Rabu, 20 Agustus 2025

Melapangkan Dada Nabi: Mengungkap Makna Asy-Syarh Ayat 1 dalam Tafsir Ib...


Berdasarkan penafsiran Ibnu Katsir, berikut adalah tafsir dari Surat Asy-Syarh (Al-Insyirah) ayat 1:

Ayat 1: أَلَمْنَشْرَحْلَكَصَدْرَكَ (Alam nasyrah laka shadrak?)

Artinya: "Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu (wahai Muhammad)?"

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini merupakan pertanyaan retoris yang bertujuan untuk menegaskan. Maknanya, "Sungguh, Kami telah melapangkan dadamu."

Makna "melapangkan dada" dalam tafsir ini memiliki beberapa interpretasi yang saling berkaitan:

  1. Melapangkan dengan Cahaya Ilahi dan Kenabian: Allah SWT telah melapangkan dada Nabi Muhammad SAW, menjadikannya luas, lapang, dan bercahaya. Kelapangan dada ini memungkinkan beliau untuk menerima wahyu, kenabian, dan segala syariat agama Islam. Hal ini serupa dengan firman Allah dalam surat Al-An'am ayat 125:

    فَمَنْيُرِدِاللّٰهُاَنْيَّهْدِيَهٗيَشْرَحْصَدْرَهٗلِلْاِسْلَامِۚ

    (Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk) agama Islam.)

  2. Kelapangan untuk Dakwah: Dada Nabi Muhammad SAW dilapangkan agar beliau mampu menampung dan menyampaikan risalah dakwah kepada umatnya. Kelapangan ini membuahkan ketenangan, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan, rintangan, dan sikap permusuhan dari kaumnya.

  3. Kelapangan Jiwa: Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah telah membersihkan jiwa Nabi Muhammad SAW dari segala perasaan cemas, gelisah, dan duka cita yang mungkin timbul akibat beratnya tanggung jawab kenabian. Hati beliau menjadi tenang dan penuh keyakinan akan pertolongan Allah.

  4. Operasi Bedah Dada (Syaqqul Sadr): Sebagian ulama, termasuk riwayat yang disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir, mengaitkan ayat ini dengan peristiwa "syaqqul sadr" (pembedahan dada) yang dialami Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini terjadi pada malam Isra' Mi'raj atau saat beliau masih kecil. Pembedahan ini secara fisik membersihkan hati beliau dari segala kotoran, sehingga hati beliau menjadi suci dan siap menerima wahyu.

Secara keseluruhan, tafsir Ibnu Katsir menggarisbawahi bahwa ayat pertama Surat Asy-Syarh adalah sebuah pengingat akan nikmat agung yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW. Nikmat ini berupa kelapangan dada, baik secara spiritual maupun fisik, yang memungkinkan beliau menjalankan tugas kenabian dengan penuh ketenangan, keyakinan, dan keberkahan.

Jumat, 15 Agustus 2025

Hakim Yang Adil : Tafsir Surat At Tin ayat 8


Surat At-Tin ayat 8 berbunyi:

أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ

(a laisallāhu bi aḥkamil-ḥākimīn)

Artinya: "Bukankah Allah adalah Hakim yang paling adil?"


Tafsir Ibnu Katsir

Dalam kitab tafsirnya, Imam Ibnu Katsir menjelaskan ayat terakhir dari Surat At-Tin ini sebagai sebuah penutup yang sangat kuat dan pertanyaan retoris yang tidak terbantahkan. Ayat ini berfungsi sebagai kesimpulan logis dari seluruh argumen yang telah disampaikan pada ayat-ayat sebelumnya.

Menurut beliau, setelah Allah SWT menjelaskan:

  • Penciptaan manusia dalam bentuk terbaik (

    asanitaqwıˉm

    ).

  • Kondisi kehinaan yang menimpa manusia yang ingkar (

    asfalasaˉfilıˉn

    ).

  • Janji pahala yang tidak terputus bagi orang beriman (

    ajrungairumamnuˉn

    ).

  • Teguran terhadap orang-orang yang mendustakan hari pembalasan.

Maka, Allah menutup rangkaian argumen tersebut dengan pertanyaan yang menantang akal dan hati manusia: "Bukankah Allah Hakim yang paling adil?"

Inti dari penafsiran Ibnu Katsir adalah bahwa keadilan Allah SWT menuntut adanya hari pembalasan (kiamat). Tidaklah mungkin bagi Allah yang Maha Adil untuk menciptakan manusia dengan tujuan yang sia-sia, lalu menyamakan orang yang berbuat baik dengan orang yang berbuat maksiat di dunia ini. Keadilan-Nya mewajibkan adanya hari di mana setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan dan diberikan balasan yang setimpal.

Sunnah Setelah Membaca Ayat Ini

Ibnu Katsir juga menyebutkan sunnah yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad ﷺ setelah membaca ayat terakhir ini. Berdasarkan riwayat hadis, ketika seseorang membaca Surat At-Tin hingga ayat terakhir, disunahkan baginya untuk menjawab pertanyaan Allah dengan ucapan:

بَلَىٰ وَأَنَا عَلَىٰ ذَٰلِكَ مِنَ الشَّاهِدِينَ

(Balā wa anā 'alā dzālika minasy syāhidīn)

Artinya: "Benar, dan aku termasuk orang-orang yang menyaksikan hal itu."

Ucapan ini adalah bentuk pengakuan dan penegasan seorang hamba atas keimanannya. Ini menunjukkan keyakinan mutlak bahwa Allah adalah Hakim yang paling adil dan ia bersaksi atas kebenaran tersebut.

Melapangkan Dada Nabi: Mengungkap Makna Asy-Syarh Ayat 1 dalam Tafsir Ib...

Berdasarkan penafsiran Ibnu Katsir, berikut adalah tafsir dari Surat Asy-Syarh (Al-Insyirah) ayat 1: Ayat 1: أَلَمْنَشْرَحْلَكَصَدْرَكَ (Ala...