Tafsir Ibnu Katsir: Surah An-Naas Ayat 3 – Allah sebagai Ilah (Tuhan) Manusia
Teks Ayat:
إِلَـٰهِ ٱلنَّاسِ
"Tuhan manusia." (QS. An-Naas: 3)
Pendahuluan:
Surah An-Naas adalah salah satu surat pendek yang sangat penting dalam Al-Qur'an. Surat ini mengajarkan manusia untuk memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan makhluk yang tersembunyi, terutama dari bisikan setan. Dalam ayat ke-3, Allah menyebut diri-Nya sebagai "Ilāh an-Nās", yang mengandung makna teologis yang dalam dan penting.
Makna "Ilāh an-Nās" Menurut Ibnu Katsir:
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa "Ilah" berarti Tuhan yang berhak disembah. Maka, "Ilāh an-Nās" berarti:
"Tuhan mereka yang sesungguhnya, tidak ada Tuhan bagi mereka selain-Nya."
Beliau menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya yang patut disembah oleh manusia, dan ini menandakan keesaan Allah (tauhid uluhiyah).
Untuk menguatkan makna ini, Ibnu Katsir juga mengutip ayat lain dalam Al-Qur'an:
"Dan Dialah Tuhan yang disembah di langit dan Tuhan yang disembah di bumi."
(QS. Az-Zukhruf: 84)
Tiga Sifat Allah yang Disebutkan dalam Surah An-Naas:
Dalam ayat-ayat sebelumnya dan ayat ini, Allah menyebut tiga sifat-Nya secara berurutan:
-
Rabb an-Nās – Pemelihara dan pengatur manusia.
-
Malik an-Nās – Raja dan penguasa manusia.
-
Ilāh an-Nās – Tuhan yang disembah oleh manusia.
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa penyebutan ketiga sifat ini menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah atas manusia dari segala aspek—penciptaan, penguasaan, dan peribadahan.
Kesimpulan:
Menurut tafsir Ibnu Katsir, ayat ini mengajak manusia untuk kembali dan bergantung hanya kepada Allah, karena Dialah satu-satunya Ilah (Tuhan) yang layak disembah. Ini memperkuat permohonan perlindungan dari kejahatan setan yang akan dijelaskan dalam ayat-ayat berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar