Berikut tafsīr lengkap Imam Ibn Kathīr untuk Surat al-Takāthur (102), āyat ke-6:
لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ
“Niscaya kamu benar-benar akan melihat Neraka Jahīm.”
1. Konteks Singkat
Ayat ini mengingatkan orang-orang yang sibuk saling berlomba mengumpulkan harta dan keturunan, sehingga melupakan Hari Kiamat. Setelah menegur mereka di ayat 5 dengan, “Kallā, law ta‘lamūna ‘ilmal-yaqīn” (“Sekali-kali tidak! Seandainya kamu mengetahui dengan ilmu yang yakin…”), maka ayat 6 menegaskan bahwa yang mereka ingkari itu — Neraka Jahīm — kelak akan benar-benar mereka saksikan.
2. Pembahasan Ungkapan “لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ”
Ungkapan | Makna & Penjelasan |
---|---|
لَتَرَوُنَّ (la-taraunna) | “Niscaya kamu akan melihat”—dengan penegasan laam isti‘nāq (لام التشديد) menunjukkan kepastian mutlak. |
الْجَحِيمَ (al-jahīm) | “Neraka Jahīm,” nama salah satu tingkatan neraka yang amat pedih (sebagaimana disebut di Qur’an surat al-Ma‘ārij: 8–9). |
3. Tafsīr Ibn Kathīr
-
Kepastian Melihat Neraka
Ibn Kathīr menjelaskan bahwa penggunaan laam isti‘nāq pada kata “la-taraunna” menandakan bahawa melihat Jahīm bukan sekadar kabar, melainkan pengalaman langsung—“kamu pasti akan menyaksikannya dengan mata kepala sendiri” (لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ di ayat 7). -
Perbandingan “‘Ilm al-Yaqīn” & “‘Ayn al-Yaqīn”
-
Ayat 5 menyebut ‘ilm al-yaqīn (keyakinan melalui ilmu).
-
Ayat 6–7 melangkah ke ‘ayn al-yaqīn (keyakinan melalui penglihatan):
“Pertama kita tahu lewat berita; selanjutnya kita saksikan dengan mata kepala kita sendiri.”
-
-
Dalil dan Riwayat
Ibn Kathīr mentahrīr (mengurai) qirā’ah sahabat tentang Surat al-Takāthur, di antaranya yang diriwayatkan dari Mujāhid dan al-Hasan al-Basrī, bahwa mereka memaknai “la-taraunna al-jahīm” sebagai:“Kalian akan melihat neraka itu saat pahala dan siksa dibagikan pada Hari Kiamat, lalu kalian dibawa ke dalamnya.”
-
Hikmah Teguran
-
Peringatan Keras: Dunia yang fana tidak sebanding dengan kengerian Jahīm.
-
Tahapan Keyakinan: Berawal dari ilmu, berlanjut kepada penglihatan, lalu pengalaman (haqq al-yaqīn).
-
Dorongan Insani: Agar takut kepada Allah dan menjauhi kesombongan harta.
-
4. Pesan Utama Tafsīr Ayat 6
-
Kepastian Akhirat
Allah menegaskan bahwa balasan akhirat bukan mitos atau cerita belaka, melainkan realitas yang akan benar-benar dijumpai. -
Refleksi Diri
Semoga kita tidak terbuai “takāthur” (berlomba duniawi), tetapi mengutamakan persiapan untuk menyaksikan hari pembalasan.
“Sesungguhnya orang yang paling berbahagia adalah orang yang bertaqwa, dan sesungguhnya orang yang paling merugi adalah orang yang lalai.”
Semoga tafsīr ini menambah kekokohan iman dan ketakwaan kita kepada Allāh ﷻ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar