Surah Al-'Adiyat ayat 5 berbunyi:
فَوَسَطْنَ بِهِۦ جَمْعًا
Artinya: "lalu menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh,"
Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-'Adiyat Ayat 5
Ayat ini merupakan puncak dari rangkaian sumpah Allah Swt. tentang aksi kuda-kuda perang. Setelah menggambarkan kecepatan, kekuatan, penyerangan mendadak, dan efek debu yang ditimbulkan, ayat ini mencapai klimaksnya dengan menggambarkan keberanian kuda-kuda tersebut yang langsung menerobos ke tengah barisan musuh.
1. Makna "Fa-wasaṭna" (فَوَسَطْنَ)
Kata "Fa-wasaṭna" berasal dari kata dasar wasaṭa-yasiṭu yang berarti menembus ke tengah, masuk ke pusat, atau berada di tengah-tengah. Dalam konteks peperangan, ini berarti kuda-kuda tersebut, bersama para penunggangnya, tidak hanya menyerang dari pinggir, tetapi langsung menerobos dan masuk ke jantung atau pusat perkumpulan musuh. Ini menunjukkan keberanian, ketangguhan, dan efektivitas serangan.
2. Makna "Bihi" (بِهِۦ)
"Bihi" (dengannya/olehnya) dalam konteks ini bisa merujuk pada beberapa hal:
* Dengan debu yang diterbangkan: Artinya, kuda-kuda itu menyerbu ke tengah kumpulan musuh sambil diselimuti atau diiringi oleh awan debu yang mereka ciptakan sendiri. Debu ini bisa menambah kekacauan dan mengurangi pandangan musuh.
* Dengan penunggangnya: Kuda itu bersama penunggangnya yang memimpin serangan masuk ke tengah-tengah.
* Karena kekuatan dan momentumnya: Kuda itu mampu menerobos ke tengah karena kekuatan dan momentum serangannya.
3. Makna "Jam'ā" (جَمْعًا)
"Jam'ā" berarti kumpulan, gerombolan, atau barisan. Dalam konteks perang, ini jelas merujuk pada kumpulan atau barisan pasukan musuh.
Jadi, makna lengkap ayat ini adalah: "Lalu (kuda-kuda perang itu) menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh (bersama dengan kepulan debu yang dibangkitkannya)."
Hubungan dengan Ayat-ayat Sebelumnya dan Pesan Utama Surat
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa lima ayat pertama dari Surat Al-Adiyat ini merupakan rangkaian sumpah Allah Swt. yang sangat detail dan dramatis tentang kuda-kuda perang:
- Ayat 1: Kuda berlari kencang dengan terengah-engah (menunjukkan kecepatan dan kekuatan napas).
- Ayat 2: Memercikkan api dari kuku (menunjukkan kekuatan pukulan dan ketangguhan).
- Ayat 3: Menyerang tiba-tiba di waktu pagi (menunjukkan strategi dan elemen kejutan).
- Ayat 4: Menerbangkan debu (menunjukkan intensitas dan skala serangan).
- Ayat 5: Menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh (menunjukkan keberanian, ketangguhan, dan puncak aksi).
Sumpah-sumpah ini adalah mukadimah yang sangat kuat untuk pesan utama surat ini, yang akan dimulai dari ayat ke-6. Ibnu Katsir mengaitkan gambaran kuda yang luar biasa ini dengan kondisi manusia. Kuda-kuda ini, yang begitu kuat, setia pada tuannya, dan berani dalam menjalankan tugasnya (terutama dalam jihad di jalan Allah), menjadi kontras yang tajam dengan sifat-sifat buruk manusia yang akan disebutkan selanjutnya, yaitu:
- Ingkar dan tidak bersyukur kepada Tuhannya (Ayat 6): Kuda-kuda itu patuh dan berani, sementara manusia seringkali kufur nikmat.
- Menyaksikan sendiri keingkarannya (Ayat 7): Manusia tahu dirinya ingkar, tetapi tetap melakukannya.
- Sangat bakhil karena cintanya kepada harta (Ayat 8): Kuda-kuda itu mempertaruhkan nyawa, sementara manusia terlalu mencintai harta.
Dengan demikian, rangkaian sumpah tentang kuda perang ini berfungsi sebagai analogi yang powerful, mengajak manusia untuk merenungi dan membandingkan loyalitas serta pengorbanan kuda dengan kecenderungan manusia yang seringkali justru ingkar dan kikir terhadap nikmat Allah. Ini adalah peringatan akan Hari Akhir ketika segala amal akan dibongkar dan diperhitungkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar