Surat Al-Alaq ayat 16 berbunyi:
نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍۙ
"Yaitu ubun-ubun (orang) yang mendustakan lagi durhaka."
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini merupakan kelanjutan dari ancaman pada ayat sebelumnya (ayat 15) yang berbunyi, "Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat demikian), niscaya Kami tarik ubun-ubunnya (ke dalam neraka)."
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa "ubun-ubun" (nāṣiyah) yang disebutkan dalam ayat 16 ini merujuk pada ubun-ubun orang yang mendustakan kebenaran dan durhaka. Secara spesifik, konteks turunnya ayat-ayat ini (ayat 9-19) adalah tentang Abu Jahal yang melarang Nabi Muhammad ﷺ shalat di dekat Ka'bah.
Beberapa poin penting dari tafsir Ibnu Katsir untuk ayat ini:
Penyebutan "ubun-ubun": Ibnu Katsir, seperti ulama tafsir lainnya, memahami bahwa penyebutan "ubun-ubun" di sini adalah kiasan (majaz) untuk keseluruhan individu. Ubun-ubun adalah bagian depan kepala, yang sering kali menjadi pusat kendali dan pengambilan keputusan. Dengan menyebut ubun-ubun, Allah mengisyaratkan bahwa tindakan mendustakan dan durhaka itu berasal dari niat dan keputusan yang ada di dalam diri orang tersebut.
"Mendustakan" (kādzibah): Ini merujuk pada kebohongan atau penolakan terhadap kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ. Abu Jahal mendustakan wahyu dan ajaran Islam.
"Durhaka" (khāṭi`ah): Ini menunjukkan perbuatan dosa dan melampaui batas, yaitu melanggar perintah Allah dan berlaku sombong. Abu Jahal tidak hanya mendustakan, tetapi juga secara aktif menghalangi dan mengancam Nabi ﷺ.
Hubungan dengan ayat sebelumnya: Ayat 16 ini menjelaskan sifat dari ubun-ubun yang akan ditarik oleh Allah, yaitu ubun-ubun yang melakukan kedustaan dan kedurhakaan. Ini memperjelas objek dari ancaman ilahi tersebut.
Singkatnya, Tafsir Ibnu Katsir menegaskan bahwa ayat 16 ini merupakan penekanan atas sifat buruk dan kejahatan orang yang diancam dalam ayat 15, yaitu orang yang menentang kebenaran dan melakukan kedurhakaan, khususnya dalam konteks kisah Abu Jahal yang menghalangi ibadah Nabi ﷺ. Ancaman itu sangat serius dan menggambarkan konsekuensi bagi mereka yang terus-menerus dalam kesesatan.