Rabu, 28 Mei 2025

Dahsyatnya Api Neraka Hawiyah : Penjelasan Surat Al-Qari'ah Ayat 11

Surat Al-Qari'ah ayat 11 berbunyi:

نَارٌ حَامِيَةٌۭ

"(Yaitu) api yang sangat panas."

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini merupakan jawaban langsung atas pertanyaan retoris di ayat sebelumnya (ayat 10), "Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?"

Berikut adalah tafsir Ibnu Katsir untuk ayat 11 ini:

  • Jawaban atas Pertanyaan Retoris: Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini memberikan jawaban atas pertanyaan yang mengagungkan dan menakutkan tentang Hawiyah di ayat 10. Hawiyah itu adalah "نَارٌ حَامِيَةٌۭ" (api yang sangat panas).

  • Sifat Utama Hawiyah: Panasnya yang Luar Biasa: Kata "حَامِيَةٌ" (hamiyah) berasal dari kata kerja "حَمِيَ" (hamiya) yang berarti menjadi panas, sangat panas, membakar. Ini menunjukkan bahwa api neraka Hawiyah telah mencapai puncak kepanasannya, sangat kuat nyalanya, dan gejolak apinya begitu dahsyat. Ibnu Katsir seringkali mengutip hadis-hadis Nabi Muhammad SAW untuk menjelaskan kedahsyatan api neraka. Salah satu hadis yang sering disebut adalah tentang perbandingan panas api dunia dengan api neraka.

    Rasulullah ﷺ bersabda: "Api kalian ini hanyalah satu bagian dari tujuh puluh bagian api neraka Jahannam." (HR. Bukhari dan Muslim).

    Hadis ini menegaskan bahwa panas api neraka jauh berkali-kali lipat dari panas api yang kita kenal di dunia. Ibnu Katsir menggunakan hadis semacam ini untuk memperkuat pemahaman tentang betapa mengerikannya "نَارٌ حَامِيَةٌۭ".

  • Implikasi Penghancuran: Panas yang sangat ekstrem ini berarti bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalamnya akan hancur lebur dan meleleh. Ini adalah gambaran azab yang tidak terbayangkan oleh akal manusia.

  • Penutup dan Penegasan: Ayat ini menjadi penutup bagi rangkaian penjelasan tentang balasan bagi orang-orang yang ringan timbangan amalnya. Setelah diperingatkan tentang Hawiyah (ayat 9), ditanyakan betapa dahsyatnya Hawiyah (ayat 10), kemudian dijelaskan secara singkat namun padat tentang sifat utamanya: yaitu api yang sangat panas (ayat 11). Ini adalah penegasan tentang nasib yang akan menimpa mereka yang meremehkan amal kebaikan.

Dengan demikian, tafsir Ibnu Katsir untuk Surat Al-Qari'ah ayat 11 menekankan pada sifat dasar neraka Hawiyah yaitu api yang sangat panas, yang panasnya jauh melebihi api dunia, sebagai bentuk azab yang sangat pedih bagi mereka yang merugi di Hari Kiamat.


Selasa, 27 Mei 2025

Neraka Hawiyah: Mengungkap Tafsir Surat Al-Qari'ah Ayat 9 (Ibnu Katsir)


Surat Al-Qari'ah ayat 9 berbunyi:

فَأُمُّهُۥ هَاوِيَةٌۭ

"Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah."

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini menjelaskan tentang balasan bagi orang-orang yang timbangan kebaikan mereka ringan pada hari kiamat.

Berikut poin-poin penting tafsir Ibnu Katsir untuk ayat ini:

  • Lanjutan dari Ayat Sebelumnya: Ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat 8, yang berbunyi, "Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya." Ayat 9 kemudian menjelaskan konsekuensi dari kondisi tersebut.
  • Makna "Faa Ummuhu Hawiyah": Kata "ummuhu" (ibunya) di sini tidak diartikan secara harfiah sebagai ibu kandung. Ibnu Katsir dan para ulama lainnya menjelaskan bahwa "ummuhu" di sini bermakna tempat kembali, tempat tinggal, atau tempat berlindung. Sebagaimana seorang anak kembali kepada ibunya, demikianlah orang-orang yang timbangan kebaikannya ringan akan kembali ke neraka Hawiyah. Ini adalah kiasan untuk menunjukkan bahwa neraka Hawiyah adalah tempat yang menjadi tujuan akhir dan tempat mereka menetap.
  • Hawiyah adalah Neraka: Kata "Hawiyah" itu sendiri adalah salah satu nama neraka, yang menunjukkan kedalaman dan panasnya yang luar biasa. Ayat berikutnya (ayat 10 dan 11) memperjelas makna Hawiyah ini dengan firman Allah, "Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas."
  • Balasan bagi Orang Beramal Buruk: Secara keseluruhan, ayat ini menegaskan bahwa mereka yang timbangan amal kebaikannya lebih ringan daripada keburukannya akan mendapatkan balasan yang sangat buruk, yaitu neraka Hawiyah. Ini adalah gambaran tentang azab yang pedih bagi orang-orang yang selama hidupnya lebih banyak melakukan keburukan dan sedikit kebaikan.

Dengan demikian, Ibnu Katsir menafsirkan ayat 9 sebagai penegasan tentang destinasi akhir bagi mereka yang amal kebaikannya tidak mencukupi untuk menyelamatkan mereka dari neraka, yaitu neraka Hawiyah yang merupakan tempat kembali yang sangat mengerikan dan penuh dengan api yang sangat panas.

Tafsir Alquran Surat Al-Qāri‘ah Ayat 8: Ketika Timbangan Amal Ringan

Senin, 26 Mei 2025

Tafsir Alquran Surat Al-Qāri‘ah Ayat 7: Keberuntungan di Hari Kiamat

Berikut adalah Tafsir Ibnu Katsir untuk Surat Al-Qāri‘ah ayat 7:


فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ

Latin: Fa huwa fī ‘īsyatin rāḍiyah
Artinya: "Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan."


Penjelasan Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menggambarkan kondisi orang-orang pada hari kiamat. Barang siapa yang timbangan amal kebaikannya lebih berat daripada amal keburukannya, maka ia termasuk orang-orang yang beruntung. Hal ini menunjukkan bahwa setiap amal perbuatan akan ditimbang secara adil di hadapan Allah. (Ibnu Katsir Online)


Makna "Kehidupan yang Memuaskan"

Ibnu Katsir menafsirkan bahwa "kehidupan yang memuaskan" merujuk kepada surga. Di dalamnya, seseorang akan merasakan kenikmatan dan kebahagiaan yang abadi, tanpa rasa sakit, penderitaan, atau kesedihan. Kehidupan ini adalah balasan bagi mereka yang amal kebaikannya lebih berat di hari kiamat. (Tafsir Learn Quran)


Kesimpulan

Ayat ini menekankan pentingnya amal kebaikan dalam kehidupan seseorang. Orang-orang yang timbangan kebaikannya lebih berat akan mendapatkan kehidupan yang memuaskan di surga. Sebaliknya, mereka yang timbangan keburukannya lebih berat akan menghadapi konsekuensi yang berat di akhirat.(Tafsir Learn Quran)




Minggu, 25 Mei 2025

Tafsir Alquran Surat Al Qariah ayat 6 : Penimbangan amal

Berikut ini adalah tafsir lengkap Surat Al-Qāri'ah ayat 6 menurut Ibnu Katsir dalam versi yang sudah disarikan dan dijelaskan dengan bahasa Indonesia yang mudah dipahami:

📖 Surat Al-Qāri‘ah Ayat 6:

فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ
"Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)-nya,"


📚 Tafsir Ibnu Katsir:

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini merujuk kepada orang-orang yang amal kebaikannya banyak di hari kiamat. Timbangan yang dimaksud adalah timbangan amal, dan ini merupakan mizan yang nyata, bukan sekadar simbolis.

  1. Timbangan amal itu benar-benar ada. Dalam banyak ayat Al-Qur’an dan hadits shahih, disebutkan bahwa amal manusia akan ditimbang pada hari kiamat. Amal yang baik akan memberatkan timbangan, sedangkan amal buruk akan membuatnya ringan.

  2. Yang ditimbang bisa berupa amal, catatan amal, bahkan orang itu sendiri. Dalam hadits disebutkan bahwa "pada hari kiamat nanti, akan didatangkan seseorang yang sangat gemuk, tetapi tidak seberat sayap nyamuk dalam timbangan Allah." (HR. Bukhari dan Muslim)

  3. Orang yang berat timbangan kebaikannya adalah orang yang selamat. Mereka akan memperoleh kehidupan yang menyenangkan, sebagaimana akan dijelaskan dalam ayat 7.


✍️ Penekanan dari Ibnu Katsir:

  • Thaqalat mawāzīnuhu (berat timbangannya) mengindikasikan banyaknya amal kebaikan dan ikhlas dalam beramal.

  • Timbangan itu akan menunjukkan secara adil amal yang dilakukan oleh manusia di dunia, tanpa ada pengurangan sedikit pun.

  • Ibnu Katsir juga menegaskan bahwa Allah akan menjadikan amal perbuatan itu punya bentuk fisik di akhirat, sehingga bisa ditimbang dengan mizan yang sesungguhnya.



Sabtu, 24 Mei 2025

Tafsir Alquran Surat Al-Qari'ah Ayat 5: Seperti Kapas yang Berhamburan

Berikut ini adalah tafsir lengkap Ibnu Katsir untuk Surat Al-Qāri‘ah Ayat 5 (QS. 101:5) berdasarkan karya Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim oleh Ibnu Katsir:


Surat Al-Qāri‘ah Ayat 5:

وَتَكُونُ ٱلْجِبَالُ كَٱلْعِهْنِ ٱلْمَنفُوشِ
Wa takụnul-jibālu kal-'ihnil-manfụsy
Artinya: Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang) dihambur-hamburkan.


Tafsir Ibnu Katsir:

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menggambarkan keadaan gunung-gunung pada hari kiamat. Gunung yang dalam kehidupan dunia dikenal sangat kokoh, kuat, dan menancap di bumi, akan menjadi lembut dan ringan seperti wol (العهن) yang tercerai-berai karena ditiup angin.

Makna “العهن المنفوش” (bulu yang dihambur-hamburkan):

  • العِهْنُ (al-‘ihn) adalah wol yang berwarna, sedangkan الْمَنفُوشِ (al-manfūsy) artinya adalah yang diurai atau dicabik-cabik dan disebarkan, seperti saat memintal atau membersihkan wol sebelum dipintal.

  • Ini menunjukkan bahwa sesuatu yang sebelumnya tampak kokoh dan besar (seperti gunung), pada hari kiamat akan menjadi lemah, tercerai-berai, dan tidak berdaya, seperti serat wol yang tertiup angin.

Ibnu Katsir menyebutkan bahwa penggambaran ini juga terdapat dalam ayat lain:

QS. Al-Ma‘ārij: 9“Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu yang beterbangan.”

QS. Al-Qāri‘ah: 5 ini menguatkan makna bahwa gunung-gunung akan kehilangan bentuk dan substansinya, lalu beterbangan tak tentu arah seperti debu atau bulu.

Kesimpulan Tafsir Ibnu Katsir:

  • Hari kiamat adalah hari kehancuran mutlak terhadap segala bentuk kekokohan dunia.

  • Baik manusia maupun gunung-gunung, yang sebelumnya memiliki “bentuk dan kekuatan”, semuanya akan menjadi tak berdaya dan hancur.

  • Ini adalah bagian dari ancaman dan peringatan keras kepada manusia agar tidak lalai terhadap hari akhir.



Jumat, 23 Mei 2025

Tafsir Al Quran Surat Al Qariah ayat 3 : Dahsyatnya Hari Kiamat

Berikut adalah tafsir lengkap Ibnu Katsir untuk Surat Al-Qāri‘ah ayat 3 (QS. 101:3):


📖 Teks Ayat (QS. Al-Qāri‘ah: 3)

وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ

Artinya:
"Dan tahukah kamu apakah Al-Qari‘ah itu?"


🕌 Tafsir Lengkap Ibnu Katsir:

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini adalah penguatan dan penegasan terhadap kedahsyatan hari tersebut. Ini merupakan gaya bahasa tanya retoris yang mengandung makna pengagungan dan peringatan.

Ibnu Katsir berkata:
"Ini adalah bentuk pengagungan terhadap perkara tersebut (Hari Kiamat), dan menunjukkan bahwa ia adalah hal yang sangat besar dan hebat dampaknya."

Allah Ta'ala tidak langsung menjelaskan secara detail pada ayat ini, tapi menggunakan bentuk pertanyaan agar manusia merenung dan merasakan kedahsyatan Hari Kiamat. Ayat ini juga mempertegas bahwa kengerian Al-Qari‘ah tidak bisa digambarkan dengan kata-kata biasa.

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir juga menyamakan gaya ini dengan beberapa ayat lain di dalam Al-Qur'an, seperti:

  • وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ (Apakah kamu tahu apakah Hari Pembalasan itu?)

  • فَذَٰلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ (Maka hari itu adalah hari yang sangat sulit)

Semua ini menunjukkan bahwa kedahsyatan hari tersebut terlalu besar untuk dipahami sepenuhnya oleh akal manusia.


🔎 Kesimpulan dari Tafsir Ibnu Katsir:

  • Ayat ini adalah penegasan kedua setelah ayat sebelumnya, untuk menunjukkan bahwa Al-Qari‘ah (Hari Kiamat) adalah peristiwa luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya.

  • Allah mengajukan pertanyaan untuk menggugah kesadaran manusia, bukan karena jawaban dibutuhkan, tetapi agar manusia sadar akan kedahsyatan hari tersebut.

  • Pengulangan dan bentuk retoris menunjukkan bahwa Hari Kiamat adalah sesuatu yang sangat penting untuk direnungkan dan dipersiapkan.



Kamis, 22 Mei 2025

Tafsir Alquran Surat Al-Qari’ah Ayat 2 | “Apakah Al-Qari’ah Itu?”


Berikut adalah tafsir Ibnu Katsir untuk Surat Al-Qari’ah ayat 2:


📖 Teks Ayat (QS. Al-Qari’ah: 2):

مَا الْقَارِعَةُ

Artinya:
"Apakah Al-Qari’ah itu?"


🕌 Tafsir Lengkap Ibnu Katsir:

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa dalam ayat ini, Allah menekankan kedahsyatan Al-Qāri’ah (Hari Kiamat) dengan mengajukan pertanyaan retoris:

“Apakah engkau tahu apakah Al-Qari’ah itu?”

Ini bukan pertanyaan untuk meminta jawaban, melainkan untuk menegaskan keagungan dan kedahsyatannya. Pertanyaan ini ditujukan untuk menggugah perhatian dan kesadaran, agar manusia memahami betapa hebat dan mengerikannya kejadian tersebut.

Ibnu Katsir mengatakan:

“Ini adalah bentuk pengagungan terhadap peristiwa itu. Sebagaimana halnya firman Allah: ‘Tahukah kamu apakah itu hari pembalasan?’ (QS. Al-Infithar: 17). Ini menunjukkan bahwa ia adalah perkara besar yang belum diketahui secara utuh oleh manusia."

Ibnu Katsir juga menjelaskan bahwa Allah mengulangi kata Al-Qari’ah dalam beberapa ayat di awal surat untuk menanamkan rasa takut yang mendalam akan hari itu di hati manusia.


🔎 Kesimpulan dari Tafsir Ibnu Katsir:

  • Ayat ini mengandung penegasan dan penguatan terhadap dahsyatnya Hari Kiamat.

  • Merupakan gaya bahasa tanya yang retoris, untuk menggugah hati manusia.

  • Menunjukkan bahwa kejadian itu sangat besar dan luar biasa sampai-sampai tidak bisa dibayangkan oleh manusia biasa.



Rabu, 21 Mei 2025

Tafsir Alquran Surat Al-Qari’ah Ayat 1 | Hari yang Mengguncang – Ibnu Katsir

Berikut adalah tafsir lengkap Ibnu Katsir untuk Surat Al-Qari'ah ayat 1 (الْقَارِعَةُ):


Teks Ayat (QS. Al-Qari'ah: 1):

الْقَارِعَةُ

Artinya: "Hari Kiamat."


Tafsir Ibnu Katsir:

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa:

"Ini adalah salah satu nama Hari Kiamat. Dinamakan demikian karena ia mengetuk hati manusia dengan ketakutan, mengguncangkan mereka dengan sangat dahsyat."

Kata "Al-Qari’ah" berasal dari kata kerja qar’a yang berarti "memukul" atau "mengetuk keras." Dalam hal ini, yang dimaksud adalah Hari Kiamat, yang akan mengetuk dan mengguncang manusia dan alam semesta dengan kedahsyatannya.

Ibnu Katsir mengutip beberapa pendapat dari ulama salaf:

  • Ibnu Abbas, Ikrimah, dan Qatadah mengatakan bahwa Al-Qari’ah adalah salah satu nama dari nama-nama Hari Kiamat, sebagaimana Al-Haqqah, As-Saakhkhah, dan At-Taammah al-Kubra.

  • Al-Qari’ah disebutkan berulang dalam ayat-ayat berikutnya sebagai bentuk penekanan dan penguatan terhadap kedahsyatan hari itu.

Ibnu Katsir juga mengaitkan kata ini dengan peristiwa-peristiwa dahsyat yang akan terjadi: seperti gunung-gunung yang menjadi seperti bulu yang dihambur-hamburkan, dan manusia yang beterbangan seperti laron.


Kesimpulan dari Tafsir Ibnu Katsir:

  • Al-Qari'ah adalah nama dari Hari Kiamat.

  • Dinamakan demikian karena ia menghentak dan mengguncangkan.

  • Merupakan peringatan akan kedahsyatan dan kengerian hari itu.

  • Tafsir ini menekankan aspek emosional dan visual dari Hari Kiamat—bahwa ia akan menjadi kejadian yang sangat menakutkan dan mengejutkan.



Tafsir Alquran Surat At-Takatsur Ayat 8 : Manusia Akan Ditanya tentang Segala Kenikmatan di Dunia

Berikut adalah tafsir lengkap Ibnu Katsir untuk Surat At-Takātsur ayat 8:


📖 Ayat 8:

ثُمَّ لَتُسْئَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
“Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang segala kenikmatan.”


📚 Tafsir Ibnu Katsir – Rangkuman Lengkap

1. Makna Umum Ayat

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini adalah peringatan keras dari Allah bahwa manusia akan dipertanyakan di Hari Kiamat tentang segala bentuk kenikmatan duniawi yang pernah mereka rasakan.

"Yakni, pada hari itu kalian akan ditanya tentang syukur kalian atas nikmat-nikmat itu, apakah kalian telah menunaikan haknya."
(Tafsir Ibn Katsir)


2. Apa Itu "An-Naʿīm"? (Kenikmatan)

Ibnu Katsir menyebutkan beberapa riwayat sahabat untuk menjelaskan makna "an-naʿīm" (kenikmatan):

Riwayat dari Ibnu ‘Abbas:

"An-naʿīm adalah kesehatan badan, pendengaran, dan penglihatan."

Riwayat dari Ibnu Mas’ud dan para sahabat:

"Nikmat itu adalah air yang sejuk, makanan yang lezat, tempat tinggal yang nyaman, dan tidur yang tenang."

Riwayat dari Abu Hurairah (HR. Tirmidzi):
Diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah keluar pada suatu malam dalam keadaan lapar. Beliau bertemu Abu Bakar dan Umar yang juga lapar. Mereka kemudian diundang ke rumah seorang sahabat dan diberi kurma dan air. Setelah makan, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Demi Allah, kamu pasti akan ditanya tentang kenikmatan ini pada hari kiamat.”
(HR. Muslim, Tirmidzi, Ahmad)

➡️ Ini menunjukkan bahwa nikmat sekecil apapun — seperti air dan kurma — akan dipertanyakan.


3. Kapan Ditanya?

Ibnu Katsir menyebutkan bahwa pertanyaan tentang nikmat ini akan terjadi:

  • Setelah manusia melihat neraka (ayat sebelumnya),

  • Sebagai penghisaban atas karunia Allah, apakah disyukuri atau disia-siakan.


4. Apa Tujuan Allah Menyebut Ayat Ini di Akhir Surat?

  • Sebagai penutup peringatan: setelah manusia lalai (ayat 1), mati (ayat 2), lalu melihat neraka (ayat 6–7), mereka akan diadili berdasarkan nikmat yang mereka gunakan.

  • Menegaskan tanggung jawab manusia terhadap dunia dan akhirat.


🧠 Pelajaran dari Ayat ini:

Kenikmatan Dunia Pertanyaan di Akhirat
Makanan & minuman Apakah bersyukur? Apakah dari yang halal?
Waktu & usia Digunakan untuk apa?
Pendengaran & penglihatan Apakah digunakan untuk kebaikan atau kemaksiatan?
Kesehatan & tenaga Apakah untuk ibadah atau untuk maksiat?
Ilmu & Islam Apakah diamalkan? Apakah disampaikan?

🔚 Penutup dari Ibnu Katsir:

Beliau mengakhiri tafsir surat ini dengan mengajak manusia untuk muhasabah (introspeksi diri):

“Jika seseorang akan ditanya tentang nikmat yang sederhana, maka bagaimana dengan nikmat yang besar?”



Senin, 19 Mei 2025

Tafsir Alquran Surat At Takatsur ayat 7 : Manusia akan melihat neraka Jahim secara langsung

Berikut adalah tafsir lengkap Ibnu Katsir untuk Surat At-Takātsur (102), ayat ke-7:

ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ
“Kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ayn al-yaqīn (penglihatan yang yakin).”


📖 Makna Global Ayat

Ayat ini melanjutkan penegasan dari ayat sebelumnya: manusia akan melihat neraka Jahim, bukan hanya melalui ilmu atau kabar, tapi dengan mata kepala sendiri — penglihatan yang mengokohkan kebenaran mutlak.


📚 Tafsir Ibnu Katsir – Ringkasan Lengkap

1. Penegasan Ulang

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menguatkan pernyataan pada ayat sebelumnya (ayat 6):

“Sungguh, kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim.”
Lalu ditegaskan kembali di ayat 7 dengan tambahan kalimat ‘ayn al-yaqīn.

Ini menunjukkan bahwa:

  • Ayat 6 = pengetahuan keyakinan (عِلْمَ الْيَقِينِ)

  • Ayat 7 = penglihatan keyakinan (عَيْنَ الْيَقِينِ)

  • Keduanya adalah tingkatan yakin yang berbeda dan semakin kuat.


2. Makna ‘Ayn al-Yaqīn menurut Ibnu Katsir

Imam Ibnu Katsir berkata:

"أي: ثم لترونها عيانًا"
“Artinya: kemudian sungguh kamu akan melihatnya dengan mata kepala sendiri.”

Maksudnya:

  • Ini bukan sekadar mendengar atau membayangkan neraka, tetapi melihat langsung dengan nyata, pada hari kiamat.

  • Semua manusia akan dipertontonkan neraka, baik orang kafir maupun orang beriman.

Ibnu Katsir juga menyebut riwayat dari Ibnu ‘Abbas:

"لا يدخل أحدٌ النار حتى يراها، فإن الله يقول: لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ"
“Tidaklah seseorang masuk neraka kecuali ia terlebih dahulu melihatnya, karena Allah berfirman: ‘Sungguh, kamu akan melihat neraka Jahim.’”


3. Perbedaan Tingkatan Yaqīn

Ibnu Katsir mengikuti pemahaman para ulama bahwa keyakinan (اليقين) dalam Islam terbagi menjadi 3 tingkatan:

Tingkatan Yaqīn Penjelasan Singkat
‘Ilm al-Yaqīn Keyakinan karena ilmu/berita yang pasti (seperti Al-Qur’an dan hadits).
‘Ayn al-Yaqīn Keyakinan karena melihat langsung dengan mata.
Ḥaqq al-Yaqīn Keyakinan karena mengalami dan merasakan langsung.

Ayat ke-6 = ‘ilm al-yaqīn
Ayat ke-7 = ‘ayn al-yaqīn
Ayat ke-8 (nanti) = menuju balasan (implikasi) yang terkait dengan haqq al-yaqīn


4. Pelajaran Penting dari Ayat Ini

  • Semua manusia akan melihat neraka — sebagai peringatan keras dan penguat iman.

  • Melihat neraka bukan hanya untuk penghuni neraka, tapi juga untuk penghisaban, pengajaran, dan peringatan universal di hari kiamat.

  • Orang yang beriman dengan yakin sejak dunia akan selamat dari siksa Jahim, namun tetap akan menyaksikannya.


🧠 Refleksi Akhir

  • Apakah kita sudah cukup yakin tentang akhirat hanya dengan ilmu?

  • Apakah kita ingin menunggu melihatnya langsung — ketika semuanya sudah terlambat?

Allah mengingatkan lewat ayat ini agar manusia tidak hanya tahu, tapi juga bersiap, karena hari itu pasti datang.


Referensi:

  • Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm – Ibnu Katsir

  • Tafsīr al-Ṭabarī, al-Baghawī, dan ash-Sha’dī (sebagai pendukung)

  • Riwayat-riwayat sahabat seperti Ibnu ‘Abbas & Mujahid tentang tafsir At-Takatsur

Minggu, 18 Mei 2025

Tafsir Alquran Surat At-Takatsur Ayat 6 : Kamu Benar-Benar Akan Melihat neraka

Berikut tafsīr lengkap Imam Ibn Kathīr untuk Surat al-Takāthur (102), āyat ke-6:

لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ
“Niscaya kamu benar-benar akan melihat Neraka Jahīm.”


1. Konteks Singkat

Ayat ini mengingatkan orang-orang yang sibuk saling berlomba mengumpulkan harta dan keturunan, sehingga melupakan Hari Kiamat. Setelah menegur mereka di ayat 5 dengan, “Kallā, law ta‘lamūna ‘ilmal-yaqīn” (“Sekali-kali tidak! Seandainya kamu mengetahui dengan ilmu yang yakin…”), maka ayat 6 menegaskan bahwa yang mereka ingkari itu — Neraka Jahīm — kelak akan benar-benar mereka saksikan.


2. Pembahasan Ungkapan “لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ”

Ungkapan Makna & Penjelasan
لَتَرَوُنَّ (la-taraunna) “Niscaya kamu akan melihat”—dengan penegasan laam isti‘nāq (لام التشديد) menunjukkan kepastian mutlak.
الْجَحِيمَ (al-jahīm) “Neraka Jahīm,” nama salah satu tingkatan neraka yang amat pedih (sebagaimana disebut di Qur’an surat al-Ma‘ārij: 8–9).

3. Tafsīr Ibn Kathīr

  1. Kepastian Melihat Neraka
    Ibn Kathīr menjelaskan bahwa penggunaan laam isti‘nāq pada kata “la-taraunna” menandakan bahawa melihat Jahīm bukan sekadar kabar, melainkan pengalaman langsung—“kamu pasti akan menyaksikannya dengan mata kepala sendiri” (لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ di ayat 7).

  2. Perbandingan “‘Ilm al-Yaqīn” & “‘Ayn al-Yaqīn”

    • Ayat 5 menyebut ‘ilm al-yaqīn (keyakinan melalui ilmu).

    • Ayat 6–7 melangkah ke ‘ayn al-yaqīn (keyakinan melalui penglihatan):

      “Pertama kita tahu lewat berita; selanjutnya kita saksikan dengan mata kepala kita sendiri.”

  3. Dalil dan Riwayat
    Ibn Kathīr mentahrīr (mengurai) qirā’ah sahabat tentang Surat al-Takāthur, di antaranya yang diriwayatkan dari Mujāhid dan al-Hasan al-Basrī, bahwa mereka memaknai “la-taraunna al-jahīm” sebagai:

    “Kalian akan melihat neraka itu saat pahala dan siksa dibagikan pada Hari Kiamat, lalu kalian dibawa ke dalamnya.”

  4. Hikmah Teguran

    • Peringatan Keras: Dunia yang fana tidak sebanding dengan kengerian Jahīm.

    • Tahapan Keyakinan: Berawal dari ilmu, berlanjut kepada penglihatan, lalu pengalaman (haqq al-yaqīn).

    • Dorongan Insani: Agar takut kepada Allah dan menjauhi kesombongan harta.


4. Pesan Utama Tafsīr Ayat 6

  • Kepastian Akhirat
    Allah menegaskan bahwa balasan akhirat bukan mitos atau cerita belaka, melainkan realitas yang akan benar-benar dijumpai.

  • Refleksi Diri
    Semoga kita tidak terbuai “takāthur” (berlomba duniawi), tetapi mengutamakan persiapan untuk menyaksikan hari pembalasan.


“Sesungguhnya orang yang paling berbahagia adalah orang yang bertaqwa, dan sesungguhnya orang yang paling merugi adalah orang yang lalai.”

Semoga tafsīr ini menambah kekokohan iman dan ketakwaan kita kepada Allāh ﷻ.

Tafsir Alquran Surat At Takatsur ayat 5

Berikut adalah tafsir lengkap Ibnu Katsir untuk QS. At-Takatsur ayat 5:


📖 QS. At-Takatsur Ayat 5

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ
"Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin."


📚 Tafsir Lengkap Ibnu Katsir:

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini sebagai lanjutan ancaman dan penyesalan dari ayat-ayat sebelumnya. Penjelasannya sebagai berikut:

✍️ 1. Penegasan “كَلَّا” (Sekali-kali tidak!)

  • Merupakan penolakan keras atas sikap manusia yang tertipu oleh dunia.

  • Menunjukkan bahwa apa yang mereka yakini (bahwa dunia adalah segalanya) salah besar.

📘 2. “لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ”

“Sekiranya kamu mengetahui dengan pengetahuan yang pasti…”

  • Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maksud dari “ʿIlm al-Yaqīn” (ilmu yang meyakinkan) adalah ilmu yang berdasarkan keyakinan hakiki, bukan sekadar sangkaan atau teori.

  • Jika manusia benar-benar yakin akan akhirat, neraka, hisab, dan azab, maka mereka tidak akan terlena dengan dunia seperti sekarang.

  • Ini adalah kecaman terhadap mereka yang tahu secara teori, tetapi tidak menjadikannya penggerak amal.


🔍 Tiga Tingkatan Yakin (menurut tafsir para ulama yang juga dirujuk Ibnu Katsir):

  1. ʿIlm al-Yaqīn (Ilmu keyakinan): Ilmu pasti yang datang dari informasi benar (seperti wahyu).

  2. ʿAyn al-Yaqīn (Penglihatan yakin): Melihat langsung dengan mata kepala.

  3. Ḥaqq al-Yaqīn (Keyakinan sejati): Mengalami sendiri realitasnya (misalnya, masuk neraka/surga secara langsung).

Dalam ayat ini, Allah berbicara tentang tingkat pertama:
"Kalau saja kalian tahu dengan keyakinan sejati...", maka kalian akan berubah.


⚠️ Inti Peringatan:

  • Ilmu tanpa amal tidak cukup.

  • Mengetahui hari akhir tetapi tetap lalai adalah bentuk pembangkangan yang berat.

  • Ayat ini mengingatkan bahwa pengetahuan tentang akhirat harus mengubah tindakan kita.


🧠 Pelajaran Penting dari Tafsir Ibnu Katsir:

  • Keyakinan sejati = tindakan nyata.

  • Jika seseorang benar-benar yakin tentang azab Allah, dia akan meninggalkan kesombongan dan kelalaian terhadap akhirat.

  • Jangan tunggu ilmu itu menjadi “ainul yaqīn” (saat sudah melihat neraka dengan mata sendiri), karena saat itu sudah terlambat.



Al-Bayyinah: Bukti Nyata Kebenaran Ilahi dalam Al-Qur'an dan Kenabian Muhammad

Tafsir Ibnu Katsir untuk Surat Al-Bayyinah ayat 1 menjelaskan makna dari firman Allah SWT: لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِت...